Thursday, November 3, 2011

Budidaya Tanaman Tembakau

 

A. SEJARAH TEMBAKAU

Komoditi tembakau mempunyai arti yang cukup penting , tidak hanya sebagai sumber pendapatan bagi petani, namun juga bagi Negara. Tembakau ialah hasil pertanian yang diproses dari daun tumbuh-tumbuhan genus Nicotiana. Nicotiana tabacum (Nicotiana spp., L.) atau lebih dikenal sebagai tembakau (tobacco) ialah sejenis tumbuhan herbal dengan ketinggian kira-kira 1.8 meter (6 kaki) dan besar daunnya yang melebar dan meruncing dapat mencapai sekurang-kurangnya 30 sentimeter (1 kaki). Tanaman ini berasal dari Amerika utara dan Amerika Selatan. Sejarah tembakau pada mulanya digunakan oleh orang-orang asli Amerika untuk kegunaan perobatan Christopher Columbus melintasi Lautan Atlantik untuk pertama kalinya pada tahun 1942, orang asli Amerika yang bermukim di New World telah menghadiahkan beliau daun tembakau dan seabad setelah itu, merokok telah menjadi kegilaan global, dan seterusnya memberi manfaat ekonomi kepada para pengusaha di Amerika Serikat. Penanaman dan penggunaan tembakau di Indonesia sudah dikenal sejak lama.

Sejarah penanaman tembakau di Indonesia dimulai pada tahun 1830 oleh Van Den Bosch melalui “Cultuurstelsel” yaitu disekitar daerah Semarang, Jawa Tengah, namun pada saat itu mengalami kegagalan. Pada tahun 1856 ,Belanda mencoba kembali melakukan penanaman tembakau secara meluas di daerah Besuki, Jawa Timur dengan dilengkapi suatu balai penelitian yaitu Besoekisch Profstation pada tahun 1910. Dengan adanya balai penelitian tersebut maka dilakukan usaha-usaha untuk mendapatkan galur yang cocok dan diinginkan, yakni dengan cara seleksi/hibridisasi menggunakan tembakau yang telah ada atau yang didatangkan dari luar. Jenis tembakau cerutu Besuki yang sekarang banyak ditanam di daerah tersebut merupakan hasil persilangan antara jenis Kedu dengan jenis Deli (Djojosudiro, 1967). Dua tahun kemudian yakni pada tahun 1858 diadakan penanaman jenis tembakau cerutu lainnya di daerah Yogyakarta-Surakarta, tepatnya di daerah Klaten. Penanaman tembakau juga dilakukan di luar Jawa, yakni di daerah Deli, Sumatra Utara yang dipelopori oleh J. Nienhuys pada tahun 1863. Jenis tanah sangat berpengaruh terhadap tanaman tembakau, untuk wilayah Deli sekitar Sungai Ular dan anak Sungai Wampulah merupakan derah yang baik untuk tembakau Deli. Jenis tembakau Deli merupakan jenis tembakau cerutu paling baik guna keperluan pembungkusan cerutu.

Bahasa Indonesia tembakau merupakan serapan dari bahasa asing. Bahasa Spanyol "tabaco " dianggap sebagai asal kata dalam bahasa Arawakan, khususnya, dalam bahasa Taino di Karibia, disebutkan mengacu pada gulungan daun-daun pada tumbuhan ini (Bartolome De La Casas, 1552) atau bisa juga dari kata "tabago", sejenis pipa berbentuk y untuk menghirup asap tembakau (menurut Oviedo, daun-daun tembakau dirujuk sebagai Cohiba, tetapi Sp. tabaco (juga It. tobacco) umumnya digunakan untuk mendefinisikan tumbuhan obat-obatan sejak 1410, yang berasal dari Bahasa Arab "tabbaq", yang dikabarkan ada sejak abad ke-9, sebagai nama dari berbagai jenis tumbuhan. Kata tobacco (bahasa Inggris) bisa jadi berasal dari Eropa, dan pada akhirnya diterapkan untuk tumbuhan sejenis yang berasal dari Amerika.

Tembakau bisa didapat secara komersil dalam bentuk-bentuk kering maupun awet, dan sering dihisap (seperti merokok) dalam bentuk cerutu dan rokok, atau dengan menggunakan pipa. Tembakau juga bisa dikunyah, "dicelup" (diletakkan antara pipi dengan gusi), dan dikulum, atau dihirup ke dalam hidung sebagai bahan hisapan dalam bentuk serbuk halus (seperti menggunakan morfin bubuk).Tembakau mengandung zat alkaloid nikotin, sejenis neurotoxin yang sangat ampuh jika digunakan pada serangga. Neurotoxin merupakan bahan yang dapat melumpuhkan syaraf (neuron=syaraf, toxin=racun), dan pada konsentrasi yang rendah dapat menimbulkan ketergantungan (addiction). Zat ini sering digunakan sebagai bahan utama insektisida.

B. BUDIDAYA TANAMAN TEMBAKAU

Teknik Budidaya tanaman tembakau sangat penting dalam membentuk unsur-unsur yang mempengaruhi mutu tembakau. Teknik budidaya yang baik harus memperhatikan factor-faktor yang membentuk unsure. Faktor  adalah Hal-hal yang secara langsung dan tidak langsung dapat mempengaruhi mutu tanaman tembakau dan daun tembakau hijau. Unsur adalah hal yang digunakan secara langsung untuk menilai kualitas tembakau kering.

image

 

- Budidaya tembakau di Indonesia yang baik hanya dihasilkan di daerah-daerah tertentu. Kualitas tembakau sangat ditentukan oleh lokasi penanaman dan pengolahan pascapanen. Tanaman tembakau yang dibudidayakan di Indonesia ada yang diberi naungan (tembakau naungan), berupa waring yang berfungsi untuk menurunkan intensitas sinar matahari serta melokalisir kelembaban. Tanaman tanpa naungan tidak dilingkupi dengan waring, namun dibiarkan terbuka. Pembudidayaan tembakau naungan dan tanpa naungan dilakukan oleh PTPN X. Budidaya tembakau naungan mempunyai keunggulan karena kondisi lingkungan dapet dikontrol dan diatur.

1. Jenis dan varietas

Tanaman tembakau (Nicotianae tabacum L) termasuk genus Nicotinae, serta familia Solanaceae. Spesies-spesies yang mempunyai nilai ekonomis adalah Nicotianae Tabocum L dan Nicotianae Rustica dengan rincian sebagai berikut:

1) Nicotiana rustica L mengandung kadar nikotin yang tinggi (max n = 16%) biasanya digunakan untuk membuat abstrak alkoloid (sebagai bahan baku obat dan isektisida), jenis ini banyak berkembang di Rusia dan India.

2) Nicotiana tabacum L mengandung kadar nikotin yang rendah (min n = 0,6%) jenis ini umumnya digunakan sebagai bahan baku pembuatan rokok.

Menurut Cahyono (1998), tanaman tembakau diklasifikasikan sebagai berikut :

- Famili : Solanaceae

- Sub Famili : Nicotianae

- Genus : Nicotianae

- Spesies : Nicotiana tabacum dan Nicotiana rustica

Nicotiana tabacum dan Nicotiana rustica mempunyai perbedaan yang jelas. Berikut adalah table perbedaan secara fisik tanaman Nicotiana tabacum dan Nicotiana rustica

Tabel 1. Perbedaan fisik tanaman Nicotiana tabacum dan Nicotiana rustica

Nicotiana tabacum

Nicotiana rustica

daun mahkota bunganya memiliki warna merah mudasampai merah

daun mahkota bunganya berwarna kuning

mahkota bunga berbentuk terompet panjang

bentuk mahkota bunga seperti terompet berukuran pendek dan sedikit gelombang,

habitus pyramidal

habitus silindris

daunnya berbentuk lonjong pada ujung runcing mencapai sekurang-kurangnya 30 sentimeter (1 kaki)

bentuk daun bulat yang pada ujungnya tumpul

kedudukan daun pada batang tegak

kedudukan daun pada batang mendatar agak terkulai

merupakan induk tembakau sigaret dan tingginya sekitar 120 cm

merupakan varietas induk untuk tembakau cerutu yang tingginya sekitar 90 cm.

Beberapa varietas tembakau (Nicotiana tabacum) adalah

1. Tembakau Virginia

Tembakau Virginia mempunyai sosok ramping, ketinggian tanaman sedang sampai tinggi, daun berbentuk lonjong yang ujungnya meruncing, warna daun hijau kekuningan, daun bertangkai pendek, kedudukan daun pada batang tegak, jarak antara daun satu dengan yang lain cukup lebar sehingga kelihatan kurang rimbun, tanaman memiliki daya adaptasi yang luas terhadap tanah dan iklim.Tembakau ini banyak ditanam di dataran rendah yang panas.Tembakau Virginia yang telah diolah menghasilkan krosok berwarnakuning keemasan hingga kuning jingga, aromanya sangat berbeda dengan jenistembakau yang lain, memiliki kandungan gula tinggi sehingga terasa manis dan bila dirokok terasa ringan. Daun tengah tembakau Virginia sangat baik digunakan untuk pembuatan rokok sigaret putih.

clip_image002

Gambar 1. Tanaman tembakau Virginia

2. Tembakau Oriental

Tembakau Oriental memiliki keunggulan dibandingkan dengan jenistembakau lain yaitu terletak pada aroma yang harum dan khas. Karena aromanyayang khas, tembakau Oriental/Turki juga disebut sebagai aromatic tobacco.Tembakau Turki digunakan oleh semua pabrik rokok sebagai campuran yangdapat meningkatkan mutu rokok sigaret.

clip_image004

Gambar 2. Tanaman tembakau oriental

3. Tembakau Burley

Tembakau Burley bercirikan warna daun hijau pucat, batang dan ibu tulang daun berwarna putih krem, daun tergolong ukuran besar (90–160 cm),tanaman lebih banyak berbentuk silindris daripada piramida, tinggi tanamansekitar 180 cm. Krosok daun tembakau Burley setelah pengolahan menjadi tipis, berwarna coklat kemerah–merahan, halus dan lunak, serta beraroma sedap.Tembakau Burley mengandung nikotin yang banyak terdapat pada daun bawah, daun tengah, dan daun atas.

clip_image006

Gambar.3 Tanaman tembakau Burley

Jenis-jenis tembakau yang dinamakan menurut tempat penghasilnya sebagai berikut:

· Tembakau Deli, penghasil tembakau untuk pembuatan cerutu.

· Tembakau Temanggung, penghasil tembakau srintil untuk sigaret.

· Tembakau Vorstenlanden (Yogya-Klaten-Solo), penghasil tembakau untuk cerutu dan tembakau sigaret (tembakau Virginia).

· Tembakau Besuki, penghasil tembakau rajangan untuk sigaret.

· Tembakau Madura, penghasil tembakau untuk sigaret.

· Tembakau Lombok Timur, penghasil tembakau untuk sigaret (tembakau Virginia).(Anonim,

Berdasarkan iklim tembakau yang diproduksi di Indonesia dapat dibagi antara lain: a) Tembakau musim kemarau/Voor-Oogst (VO), yaitu bahan untuk membuat rokok putih dan rokok kretek;

b)Tembakau musim penghujan/Na-Oogst (NO), yaitu jenis tembakau yang dipakai untuk bahan dasar membuat cerutu.

Tembakau yang dibuat sebagai cerutu adalah tembakau Deli D4,KF-7,F1-5, Tembakau Vortstenlanden G, TV, Tembakau Besuki varuetas H, Tembakau lumajang. Tembakau Sigaret berupa tembakau Virginia, tembakau Oriental,tembakau Barlay.

 

2. Syarat tumbuh iklim, suhu curah hujan, sinar matahari angin tanah

Keberhasilan usaha penanaman tembakau sangat dipengaruhi oleh keadaan iklim selama masa pertumbuhannya. Faktor-faktor iklim yang dipengaruh antara lain : curah hujan, kelembaban, penyinaran dan suhu. Diantara faktor-faktor tersebut curah hujan merupakan faktor yang paling besar pengaruhnya. Kualitas tembakau juga dipengaruhi oleh iklim. Walaupun tanaman yang sama namun jika iklimnya berbeda, maka kualitasnya pun berbeda.

2.1 Iklim

Faktor-faktor iklim yang dipengaruh antara lain : curah hujan, kelembaban, penyinaran dan suhu. Secara umum persyaratan pertumbuhan tanaman baik tembakau hampir sama. Tanaman tembakau memiliki sistem perakaran yang relatif dangkal, namun sangat peka terhadap drainase yang kurang baik sehingga persediaan air yang cukup didalam tanah sangat diperlukan. Pada umumnya tanah yang mudah meluluskan air lebih sesuai untuk pertanaman tembakau, namun tanah tersebut harus mempunyai kapasitas menahan air yang cukup. Tanaman tembakau pada umumnya tidak menghendaki iklim yang kering ataupun iklim yang sangat basah.

Tanaman tembakau dapat tumbuh pada dataran rendah ataupun di dataran tinggi bergantung pada varietasnya. Ketinggian tempat yang paling cocok untuk pertumbuhan tanaman tembakau adalah 0 – 900 mdpl. Untuk tanaman tembakau dataran rendah, curah hujan rata-rata 2.000 mm/tahun, sedangkan untuk tembakau dataran tinggi, curah hujan rata-rata 1500-3000 mm/tahun.Lokasi untuk tanaman tembakau sebaiknya dipilih di tempat terbuka dan waktu tanam disesuaikan dengan jenisnya Suhu udara yang cocok untuk pertumbuhan tanaman tembakau berkisar antara 21-32,30 C . Pada umumnya tembakau musim kemarau (VO) daunnya lebih tebal dari tembakau musim penghujan (NO).

2.2 Tanah

Setiap jenis tanaman tembakau membutuhkan jenis tanah yang berbeda-beda. Tembakau Deli cocok ditanam di tanah alluvial, tembakau Vosrtenlanden dan Besukicocok ditanam pada tanah regosol,Tembakau Virginia flue-Cured cocok untuk tanah podsolik.Sedangkan tembakau rakyat dapat tumbuh mulai dari tanah ringan(berpasir) sampai dengan tanah berat (lliat). Derajat keasaman yang baik untuk tanaman tembakau adalah 5 -5 .6, untuk tembakau Virginia pada PH 5,5 - 6. Apabila PH kurang dari 5 mak perlu diberikan pegapuran untuk menaikkan PH, apabila PH lebih tinggi maka untuk menurunkan PH dapat diberikan belerang.

 

3. Teknik budidaya

3.1 Pembibitan

Jumlah benih ± 8-10 gram/ha, tergantung jarak tanam. Biji utuh tidak terserang penyakit dan tidak keriput. Media semai = campuran tanah (50%) + pupuk kandang matang yang telah dicampur dengan Natural GLIO (50%). Dosis pupuk untuk setiap meter persegi media semai adalah 70 gram DS dan 35 gram ZA dan isikan pada polybag. Bedeng persemaian diberi naungan berupa daun-daunan, tinggi atap 1 m sisi Timur dan 60 cm sisi Barat.

Benih direndam dalam POC NASA 5 cc per gelas air hangat selama 1-2 jam lalu dikeringanginkan. Kecambahkan pada baki/tampah yang diberi alas kertas merang atau kain yang dibasahi hingga agak lembab. Tiga hari kemudian benih sudah menampakkan akarnya yang ditandai dengan bintik putih. Pada stadium ini benih baru dapat disemaikan. Siram media semai sampai agak basah/lembab, masukan benih pada lubang sedalam 0,5 cm dan tutup tanah tipis-tipis. Semprot POC NASA (2-3 tutup/tangki) selama pembibitan berumur 30 dan 45 hari. Bibit sudah dapat dipindahtanamkan ke kebun apabila berumur 35-55 hari setelah semai.

3.2 Pengolahan Tanah dan Penanaman

Pengolahan tanah ditujukan untuk memberi kondisi yang menguntungkan bagi pertumbuhan akar tanaman tembakau, sehingga sistem perakaran berkembang baik dan mampu menyerap air serta unsur hara dalam jumlah yang cukup untuk menunjang pertumbuhan yang terjadi dalam waktu singkat. Guna memperoleh perakaran yang baik pengolahan tanah harus mencapai kedalaman olah lebih dari 30 cm, disamping upaya lain kearah terbentuknya struktur tanah yang remah.Sejumlah studi membuktikan bahwa pengolahan tanah intensif menyebabkan penurunan bahan organik tanah (REGANOLD et al., 1988; SOJKA et al., 1991; NAIDU et al., 1996). Pengolahan tanah intensif pada jenis tanah andisol dapat menyebabkan menurunnya kadar C organik tanah.Bila N terdapat dalam jumlah yang rendah akan menyebabkan menurunnya luas daun, berat kering, dan klorosis sebagai akibat dari menurunya jumlah klorofil. Rendahnya kandungan N ini yang menyebabkan produktivitas tembakau rendah. Sangat rendahnya kadar C organik, selain menyebabkan kebutuhan akan pupuk organik (pupuk kandang) yang semakin meningkat, juga menyebabkan rendahnya efisiensi pemupukan (KARAMA et al., 1991). Dengan meningkatkan kadar C organik tanah, yang dapat dilakukan dengan penambahan pupuk organik.

Pengolahan tanah dilakukan 70 hari sebelum penanaman dimana H-70 dilakukan pembersihan jerami, H-60 pembuatan got keliling, H-55 pembajakan 2, H-40 pembajakan 3, H-30 pembajakan 4, H-25 pembersihan rumput di pematang dan H-15 dilakukan bajak siap tanam.

Adapun jarak tanamnya adalah sebagai berikut:

  • Tembakau virginia dan tembakau Burley digunakan jarak tanam 110 cm x 50 cm, 120 cm x 50 cm atau 120 cm x 45 cm dengan populasi tanaman berkisar antara 16 000 – 18 000 pohon /ha.
  • Tembakau Cerutu Vorstendlanden varietas hibrida TV38XG populasi idealnya adalah 17 480 tanaman/ha, sedang varietas F1K sebesar 16 930 tanaman/ha.
  • Tembakau rajangan Temanggung Jarak tanam digunakan 100 cm x 50cm (jarak tanam pagar ganda) atau 100 cm x 75 cm. Populasi tanaman berkisar antara 11 000 hingga 18 000 batang/ha.
  • Tembakau rajangan Madura ditanam dengan populasi berkisar antara 20 000 sampai dengan 33 000 tanaman/ha. Jarak tanam yang paling baik adalah 100 cm x 50 cm atau 100 cm x 45 cm dengan populasi tanaman 33 000 tanaman /ha.

3.3 Pengelolaan dan perawatan tanaman tembakau

Seperti pada umumnya tanaman, tembakau juga memerlukan perawatan agar dapat tumbuh dengan subur dan menghasilkan tembakau yang berkualitas. Pemeliharaaan tanaman tembakau dimulai dari umur tanaman tembakau masih muda. Beberapa langkah pemeliharaan tanaman tembakau yaitu :

1. Pengairan dan penyiraman

Pengairan dilakukan 7 hari setelah tanam dengan jumlah air 1-2 liter setiap tanaman. Setelah 7-25 hari frekuensi penyiraman adalah 3-4 liter per tanaman. Pada umur 25-30 hari setelah tanam, frekuensi pemberian air 4 liter per tanaman. Pada umur 45 hari setelah tanaman pertumbuhan akan semakin cepat. Oleh karena itu diperlukan 5 liter air per tanaman setiap 3 hari. setelah 65 hari dari masa tanam tembakau tidak memerlukan lagi penyiraman, kecali bila cuaca sangat kering. Cara pengairan tembakau pada lahan beririgasi yaitu dengan cara dilep (basin irigation) hingga guludan tempat tanaman cukup basah dan selanjutnya lahan dikeringkan kembali.

Waktu pemberian air irigasi dapat ditentukan dengan indikator sebagai berikut : tanaman layu pada pukul 11.00 atau tanah tidak lagi melekat apabila digenggam. Tinggi air irigasi ditentukan berdasarkan umur tanaman yaitu : sampai dengan umur 45 hari setelah tanam volume air ¾ buludan, pada 50 – 65 HST tinggi air ½ guludan dan menjelang panen tinggi air ¼ guludan.

Pada tanaman tembakau cerutu di bawah naungan, penyiraman dilakukan dengan cara sprinkler irigation. Dengan demikian volume air yang diterima tanaman cukup seragam dan mencukupi volumenya.Pada lahan kering (umumnya tembakau rakyat) pengairan sangat tergantung pada curah hujan. Beberapa petani dengan modal yang cukup melakukan penyiraman dengan sumber air tanah atau sungai dengan sistem pompanisasi.

2. Penyulaman

Penyulaman dilakukan setelah seminggu ditanam. Bibit yang kurang baik dapat diganti dengan cara dicabut dan diganti dengan bibit yang baik dengan umur yang sama.

3. Pembumbunan (pendangiran)

Pendangiran dimaksudkan untuk memperbaiki susunan udara tanah, memudahkan perembesan air, mengendalikan gulma dan memperbaiki guludan. Pendangiran dilakukan secara hati-hati agar tidak merusak akar tanaman yang berada pada kedalaman 30 cm – 40 cm di dalam tanah. Pendangiran dilakukan 3 – 4 kali tergantung pada kondisi tanah pada lahan dan gulma. Pada tanaman tembakau ceretu Vorstenlanden di bawah naungan misalnya pendangiran dilakukan 3 kali pada umur 7 – 10 hari setelah tanam (HST), 20 – 22 HST dan 30 – 35 HST. Pendangiran umumnya dilakukan setelah pengairan. Pembumbunan tanah pada guludan, untuk merangsang perakaran yang baik.

4. Penyiangan

Penyiangan bertujuan untuk menghindari adanya persaingan dalam pengambilan unsur hara pada tanaman, menghilangkan sumber penyakit dan mempermudah pada waktu pemupukan, pengendalian hama penyakit, dan mempermudah pada wakrtu pemetikan/panen, untuk meningkatkan hasil produksi. Penyiangan dilakukan setiap 3 minggu. Dilakukan dengan tangan mencabut gulmanya atau dapat menggunakan herbisida.

5. Pemupukan

Penggunaan pupuk yang tepat, baik berupa pupuk organik dan anorganik (M,P dan K). Penggunaan phospor (P) dalam komposisi pupuk karena phospor berfungsi untuk pertumbuhan akar dan penyusunan inti sel, lemak dan protein. Kandungan phospor dalam SP 36 sebesar 36%. Tanda tanaman kekurangan P yaitu daun menjadi nampak tua warnanya menjadi merah kecoklatan. Tepi daun, cabang dan batang terdapat warna kecoklatan yang lama-lama menjadi kuning. Sedangkan Kalium pada KNO3 berfungsi untuk mempengaruhi kwalitas (rasa, warna dan bobot) tanaman, menambah daya tahan tanaman terhadap kekeringan, hama/penyakit, mempercepat pertumbuhan jaringan meristem, dan membantu pembentukan protein dan karbohidrat. Tanda-tanda Kekurangan Kalium daun mengerut atau mengeritingterutama pada daun tua, daun akan berwarna ungu lalu mengering lalu mati.

Pemupukan dilakukan untuk menjaga tanaman tumbuh dengan baik. Pemupukan susulan dilakukan dua kali. Pemupukan yang dilakukan di PTPN X dilakukan sebanyak 3 tahap yaitu

1) sehari sebelum benih ditanam dalam polibag, pemupukan dilakukan di polibag. Pupuk berupa campuran SP 36 dan KN03 kemudian dilarutkan dalam air sehingga dihasilkan larutan starter 3 gram/liter untuk disiramkan ke polibag.

2) Lima hari sebelum penanaman bibit, dilakukan pemupukan pada lubang calon baris tanam. Pupuk starter yang digunakan yaitu campuran SP 36 sebanyak 4gram/lubang/tanaman x KNO3 2gram/lubang/tanaman). Starter tersebut dilarutkan dalam air sehingga keseragaman pemupukan dengan dosis 2 gr/L atau sekitar 50cc/lubang tanam dapat tercapai. Jumlah tanaman per hektar adalah 18.006 tanaman. 3) Setelah bibit berumur 15 hari di bedegan, pemupukan dilakukan 2x di bedegan yaitu pemupukan I dengan menggunakan pupuk campuran SP 36 x KNO3 dan pemupukan susulan II hanya menggunakan KNO3 saja.

6. Pemangkasan

Pangkas tunas ketiak dan bunga dilakukan tiap 3 hari sekali. Pangkas pucuk tanaman saat bunga mekar dengan 3-4 lembar daun bunga di bawah bunga. Pemangkasan hanya dilakukan pada jenis tembakau VO, dilakukan begitu kuncup bunga mulai keluar (80%) dan dilakukan dengan tangan dengan cara dipetik. Pemangkasan dilakukan agar tidak terjadi stagnasi. Pangkas pucuk maupun wiwil pada tanaman tembakau bertujuan untuk menghentikan pengangkutan bahan makanan ke mahkota bunga atau kekuncup tunas sehingga hasil fotosintesis dapat terakumulasi pada daun sehingga diperoleh produksi krosok dan kualitasnya yang tinggi. Pangkas pucuk dan wiwil biasanya dilakukan secara manual. Pangkasan pucuk dilakukan pada saat button stage atau saat daun berjumlah 20 helai di atas daun bibit.

7. Punggel dan wiwil/suli

Punggel dan wiwil/suli memastikan penggunaan bahan gizi tanaman dalam proses pengembangan daun tembakau untuk mendapatkan jumlah daun, berat daun dan kualitas tinggi yang akan memberikan basil maksimal bagi petani. Penggunaan sukirisida alami dilakukan dengan alasan biaya produksi, penerapan teknologi ramah lingkungan yang semua ini dilakukan pada waktuyang tepat. Dalam pelaksanaan wiwilan sangat penting sekali karena akan berpengaruh terhadap ketebalan daun/berat daun.

 

4. Hama dan penyakit

Beberapa penyakit yang dapat menimbulkan kerugian cukup besar pada tanaman tembakau adalah penyakit lanas, penyakit rebah kecambah, penyakit kerupuk dan penyakit layu bakteri. Konsep pengendalian hama dan penyakit tanaman adalah pengendalian secara terpadu. Dalam hal ini yang penting adalah melakukan pengamatan perkembangan populasi hama atau penyakit. Apabila populasi hama dan penyakit melewati titik kritis ambang ekonomi maka harus dilakukan pengendalian baik secara fisik, mekanik, biologis, teknik budidaya maupun secara kimia. Hama ulat pucuk misalnya pada kepadatan populasi tertentu cukup dikendalikan dengan mengutip ulat tersebut.

Tingkat serangan hama dan penyakit serta cara pengendaliannya seperti terlihat pada tabel berikut.

Tabel 3. Jenis Hama, Penyakit dan Pengendaliannya pada Tanaman Tembakau.

No

Jenis Hama/Penyakit

Patogen/

Penyebab

Gejala Serangan

Pestisida

Jenis

Dosis

I

Penyakit

Rebah Kecambah

Phytium spp, Sclerotium spp, Rizoctonia spp

Pangkal batang mengecil, bibit rebah

Mankozeb

2-3g/l

(2-3 kg/ha)

Lanas

P. nicotianae

Mendadak layu

Fungisida

Mankozeb

2-3g/l

(2-3 kg/ha)

II

Hama

Ulat Pucuk

H. assulta/

armigera

Daun berlubang

Lannate

2 cc/l

(2l/ha)

Kutu Daun

Myzus sp.

Daun keriting, warna hitam

Orthene

2 cc/l

Ulat Tanah

Agrotis ipsilon.

Tan. Muda terpotong

Decis/

Regent

1 cc/l

 

daftar Pustaka

onim. 2011. http://blogs.unpad.ac.id/christ/tembakau/Tembakau Virginia)

Anonim. (2011, Oktober 9). http://binaukm.com/2010/05/pengendalian-hama-dan-penyakit-dalam-budidaya-tembakau/. Retrieved oktober 2011, from http://binaukm.com: http://binaukm.com/2010/05/pengendalian-hama-dan-penyakit-dalam-budidaya-tembakau/

Anonim. (2011). Budidaya tanaman tembakau Virginia. Kabupaten Bantul: Dinas pertanian dan Kehutanan.

Anonim. (2010). http://blogs.unpad.ac.id/christ/tembakau/. Retrieved from Tembakau Virginia.

Anonim. (2011, oktober 7). http://teknis-budidaya.blogspot.com/2007/10/budidaya-tembakau.html. Retrieved 2011, from teknis budidaya blogspot: http://teknis-budidaya.blogspot.com/2007/10/budidaya-tembakau.html

Eko Sulistyono, S. M. 2006. Pengaruh Sistem Irigasi terhadap Produksi dan Kualitas Organoleptik Tembakau. Buletin Agronomi , vol 3 165 – 1

Hanum, C. (2008). Teknik Budidaya Tanaman Jilid 3. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional .

KARAMA, A. A. (1991). Penggunaan pupuk organik pada tanaman pangan. Makalah dalam Prosiding Lokakarya Nasional Efisiensi Penggunaan Pupuk V, (pp. p.395-426). Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat.

Listyanto. 2010. Budidaya Tanaman Tembakau (Nicotiana tabacum L.) Menggunakan Pupuk Hayati Bio P 2000 Z. PT. Alam Lestari Maju Indonesia

Makfoeld,Djarir. 1994. Mengenal beberapa Penilaian Fisik Mutu Tembakau di Indonesia edisi ke dua. Liberty. Yogyakarta

Maulidiana, N. (2008). identifikasi sistem budaya tembakau Deli di PTPN II kebun Helvetia . Deli: USU Repository.

Nursolehuddin. (2011). Budidaya Tanaman Tembakau. www.pupukorganiknasa.com , 5-8.

REGANOLD, J. L. (1988). Longterm effect of organic and concentional farming on soil erosion. (pp. 370-372). Nature.

D. Drachev, V. N. 2006. STUDY ON TOBACCO QUALITY OF VIRGINIA VARIETY GROUP GROWN IN BULGARIA TECHNOLOGICAL STUDY ON THE QUALITY OF VIRGINIA TOBACCO INTRODUCED VARIETIES GROWN IN THE DISTRICTS OF NORTH BULGARIA. Biotechnology & Biotechnol. Eq. , page 38-45.

2 comments: