Tuesday, December 7, 2010

NonTon..

akhirnya..nonton harpot juga..setelah penantian panjang...menanti waktu yang luang
sore kemaren habis diskusi satop maunya langsung ke 21 amplaz. ma temen2, asti, widy, nida, ajeng,tapi ujanya deres mana aku pake rok, mantelya baju celana..grrr terpaksa pulang dulu, ganti celana biar gak kebasahan ampe amplas.gak asyik banget kan kalo bajunya basah kedinginan malem pula..
hwdeww ujan gak kunjung reda..berangkat tetep pake mantel dan jaket berlapis..berharap  punya pintu kemana saja doraemon..perkiraan perjalanan amplaz-rumah dapat ditempuh dalam waktu  sekitar 40menit, jadi sampai amplaz masih ada waktu buat magriban. 
 -di tengah perjalanan-
deng deng tidakkkk....jalan di perempaten MM UGM maceet gara-gara poon tumbang,,hedew lama nunggu giliran lampu ijo..pas uda giliran malah di stop ma pak SKK,,arrgh gak sabar..harus nunggu lama agi (beberapa menit sey..tapi kan tetap luuamaaa harusnya semenit)...
oke kao uda begini..beruuuubaaaaah...cling cling jadi tukang kebut di jalanan.. nyampe parkiran  amplaz  pas jam 6, masih ada 15 menit buat sholat..langsung jalan ala orang jepang menuju lantai atas..sambil sms temen buat ketemuan.
gyahaha mereka sholat d bawah, aku terlanjur naik,,okelaah sholat di atas sendirian..hem jalan sendirian di amplas kayak orang ilang..mungkin orang2  bakal mikir.."idiih sendiriaan..gak punya temen po?, gak punya pacar po?, gak asyikk" huuuhuu  whatever laah cuek aja..

di masjid
langsung wudhu dan menunaikan ibadah sholat magrib,,huduww gak tenang  sholatnya,, takut telat..(padahal telat kuliah biasa aja hahaa)..baru selese salam,,uda getar hapeku,jhahaa uda si sms suruh cepetan uda ada panggilan haikz..bergegas melipat mukena dan jalan setengah berlari..dengan muka bingung terus jalan sambil memasang mata ke segala arah mencari keberadan teman2.. yeeah ketemu..

kali ini dapet tempat duduk di depan gak buruk-buruk amat malah mantab,, tapi  seeellaauuu  saja ada yang merusak pandangan..kayaknya orang yang duduk didepanku tinggi dan besar,,kepalanya melebihi  tinggi sandaran kursi,,weeh menghambat aku mbaca terjemahanya..okeaah tak papa dnikmati aja filmnya..

pulang dengan hati riang..


mari foto sebentar..



haaa.. rencana skenario pemotretan  belakangnya hiasan salju n lampu..

Sunday, December 5, 2010

VITAMIN C

Vitamin merupakan senyawa organik kompleks yang esensial untuk pertumbuhan dan fungsi biologis lain dalam tubuh makhluk hidup. Berhubung vitamin tidak disintesa dalam tubuh kecuali vitamin K, maka vitamin harus ada dalam makanan yang dikonsumsi. Bila tidak ada dalam makanan maka tubuh dapat kekurangan vitamin yang mengakibatkan berbagai keadaan antara lain organ tubuh tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya dan bila kekurangan berlangsung lama dapat menyebabkan penyakit. Vitamin tidak memberikan kalori dan tidak ikut dalam menyusun jaringan tubuh tetapi memberi fungsi yang spesifik dalam tubuh. (Sudarmadji, 1996)
 

Vitamin dibedakan menjadi 2 kelas, yaitu vitamin yang larut dalam air dan vitamin yang larut dalam lemak. Vitamin yang larut dalam air meliputi vitamin B1, vitamin B2, asam nikotinat, asam pentotenat, vitamin B6, biotin, asam folat, vitamin B12 dan asam askorbat (vitamin C). Vitamin-vitamin yang larut dalam lemak, yaitu vitamin A, D, E, dan K yang merupakan senyawa berminyak dan tidak larut dalam air (Lehninger, 1995)
Vitamin C atau asam askorbat merupakan vitamin dengan berat molekul 178 dan rumus molekul C6O8H8 .Asam L-askorbat (C6H8O6) adalah nama trivial vitamin C. Nama kimianya adalah 2-oxo-L-threo-hexono-1,4-lakton-2,3-enodiol. Asam L-askorbat dan asam dehidroaskorbat adalah bentuk utama yang mempunyai aktivitas vitamin C. Asam askorbat dalam bentuk kristal tak berwarna, titik cair 190-192 °C, bersifat larut dalam air dan sedikit larut dalam aseton atau alkohol yang mempunyai berat molekul rendah.

Sifat Vitamin C
- Vitamin C sukar larut dalam chloroform, eter, dan benzene.
- Dengan logam membentuk garam.
- Sifat asam ditentukan oleh ionisasi enolgroup pada atom C nomor
- pada pH rendah vitamin C lebih stabil daripada pH tinggi(bersifat stabil terhadap asam, tidak stabil terhadap basa)
- Vitamin C mudah teroksidasi, lebih-lebih bila terdapat katalisator Fe, Cu, enzim askorbat oksidase, sinar, temperatur yang tinggi. Larutan encer vitamin C pada pH kurang dari 7,5 masih stabil apabila tidak ada katalisator seperti diatas. Oksidasi vitamin C akan terbentuk asam dehidroaskorbat (Sudarmadji, 2003).
-Vitamin C dapat berbentuk asam L-askorbat dan asam L-dehidroaskorbat. Keduanya mempunyai keaktifan sebagai vitamin C. asam askorbat sangat mudah teroksidasi secara reversible menjadi asam L-dehidroaskorbat. Asam L-dehidroaskorbat secara kimia sangat labil dan dapat mengalami perubahan lebih lanjut menjadi asam L-diketogulonat yang tidak memiliki keaktifan vitamin C lagi (Winarno, 2002).
Pada makanan, pH mempengaruhi stabilitas asam askorbat dengan stabilitas maksimal pada pH antara 4 dan 6. Pemanasan menyebabkan kehilangan asam askorbat tergantung pada derajat pemanasan, luas permukaan yang kontak dengan air, oksigen, pH, dan adanya logam transisi. Hal tersebut menunjukkan bahwa pemanasan dapat menurunkan kandungan vitamin C pada suatu bahan.
Gambar 1. Struktur vitamin C

Vitamin C disebut pula asam askorbat karena tanpa adanya vitamin C dalam tubuh akan menimbulkan skorbut, yaitu perubahan patologis pada gigi dan gusi. Vitamin ini memiliki berat molekul 176 dan rumus molekul C6H8O6. Vitamin C dalam bentuk kristal tidak berwarna, dengan titik cair pada suhu 190-192 0C. Sifat asam ditentukan oleh ionisasi enol-group pada atom C nomor tiga. Pada pH rendah vitamin C lebih stabil daripada pada keadaan dengan pH tinggi. Vitamin C cukup stabil pada pH 4-6 dan  dapat disintesa dari D-glukosa. Manusia tidak dapat mensintesa vitamin C dari galaktosa maupun glukosa, karena tubuh manusia tidak memiliki enzim L-gulono oksidase yang terdapat dalam mikrosom. (deMan, 1989).

PERANAN VITAMIN C
Peranan utama vitamin C adalah pembentukan kolagen interseluler. Yang mana kolagen merupakan senyawa protein yang banyak terdapat dalam tulang rawan, kulit bagian dalam tulang, dentin, dan visculair endhothelium. ( Winarno, 2002). Vitamin C tidak dapat dibuat oleh tubuh manusia, oleh karena itu harus diperoleh dari bahan pangan yang dikonsumsi. Namun karena sifatnya yang larut dalam air, vitamin C mudah rusak dalam pengolahan dan mudah hilang karena tercuci atau terlarut oleh air sehingga keluar dari bahan pangan (Anonim3, 2008). Mengingat pentingnya peranan vitamin dalam tubuh, diperlukan pengetahuan tentang cara pengolahan yang tepat agar kehilangan vitamin C seminimal mungkin.
 

Vitamin C juga berperan membantu spesifik enzim dalam melakukan fungsinya. Vitamin C juga bekerja sebagai antioksidan. Asam L-askorbat dan ester asam lemaknya mempunyai gugus yang mudah tereduksi pada struktur molekulnya, yaitu gugus OH atau gugus fenolnya sehingga mudah terjadi pelepasan atom H yang menyebabkan asam L-askorbat dan ester asam lemaknya teroksidasi lebih dahulu daripada senyawa yang lain. Hal ini menunjukkan asam L-askorbat dan ester asam lemaknya memiliki sifat antioksidan dan agen pereduksi. Perusahaan kadang–kadang menambahkan vitamin C pada produk makanannya untuk menjaga kandungan bahan tertentu. Vitamin C juga penting untuk membentuk kolagen, serat, struktur protein. Kolagen dibutuhkan untuk pembentukan tulang dan gigi dan juga untuk membentuk jaringan bekas luka. Vitamin C juga meningkatkan ketahanan tubuh terhadap infeksi dan membantu tubuh menyerap zat besi.  ( Winarno, 2002)

Semua bentuk komersial asam askorbat larut dalam air, kecuali askorbil palmitat yang larut dalam lemak. Asam L-askorbat dan ester asam lemaknya digunakan memiliki beberapa fungsi antara lain,
•    Sebagai bahan tambahan makanan
Asam L-askorbat dan ester asam lemaknya sering digunakan sebagai perisa (flavouring) dalam makanan yang ingin memunculkan rasa jeruk.
•    Sebagai antioksidan dan agen pereduksi
Asam L-askorbat dan ester asam lemaknya mempunyai gugus yang mudah tereduksi pada struktur molekulnya, yaitu gugus OH atau gugus fenolnya sehingga mudah terjadi pelepasan atom H yang menyebabkan asam L-askorbat dan ester asam lemaknya teroksidasi lebih dahulu daripada senyawa yang lain. Hal ini menunjukkan asam L-askorbat dan ester asam lemaknya memiliki sifat antioksidan dan agen pereduksi.
•    Browning inhibitor dan stabilizer flavor dan warna
Asam L-askorbat dan ester asam lemaknya memiliki sifat sebagai antioksidan sehingga oksidasi dapat terhambat, hal ini menyebabkan pencoklatan enzimatis dapat dicegah karena asam L-askorbat dan ester asam lemaknya yang ditambahkan pada suatu bahan akan teroksidasi lebih dahulu, oksidasi ini terjadi karena aktivitas enzim fenolase yang berperan dalam pencoklatan enzimatis. Hal ini menunjukkan asam L-askorbat dan ester asam lemaknya dapat mencegah terjadinya perubahan flavor dan warna karena pencoklatan enzimatis dapat menyebabkan perubahan flavor dan warna.

KEHILANGAN VITAMIN C

Penyebab hilangnya kandungan Vitamin C pada suatu bahan bisa disebabkan oleh faktor genetik / varietas, kondisi tanah ( unsur hara, mineral ), iklim, air, intensitas cahaya. Kelima unsur tersebut mempengaruhi tingkat kematangan karena unsur-unsur tersebut merupakan bahan utama metabolisme perkembangan tanaman yang masih hidup. Sedangkan, penanganan pasca panen, proses pengolahan, proses kimia, reaksi enzimatis dan derajad kematangan juga berpengaruh karena perlakuan-perlakuan buah setelah panen berakibat pada siklus respirasi tanaman yang masih berlangsung.

SUMBER VITAMIN C
Sumber vitamin C umumnya berasal dari sayuran dan buah-buahan segar. Buah yang masih mentah lebih banyak mengandung vitamin C-nya ; semakin tua maka semakin berkurang kandungan vitamin C-nya. Buah jeruk merupakan sumber vitamin C yang cukup tinggi. Sedangkan bayam, brokoli, cabe hijau, dan kubis juga merupakan sumber vitamin C yang baik meskipun sudah melalui proses pemasakan. Sebaliknya beberapa produk hewani seperti telur, daging, susu, ikan, sedikit sekali kandungan vitamin C-nya. ( Winarno, 2002). Kadar optimum vitamin C pada tiap jenis sayur dan buah berbeda-beda, hal ini dipengaruhi oleh kondisi dan varietas buah dan sayur tersebut.

METODE ANALISA VITAMIN C

Ada beberapa metode yang digunakan untuk menganalisa kadar vitamin C dalam bahan pangan antara lain :
1.    Metode oksidasi reduksi
a. Dengan cara titrasi menggunakan larutan 2,6-Dichloroindophenol  . Metode ini diperkenalkan oleh Tillmanss pada tahun 1930.  larutan 2.6 D akan direduksi oleh L-asam askorbat sehingga warna larutan semula akan berubah membentuk dye. Dye akan berubah warna menjadi pink ( jika kondisinya asam ) dan berwarna biru jika kondisinya basa, terbentuknya warna menandai berakhirnya titrasi. Penentuan vit C dengan menggunakan 2,6 D mempunyai kelemahan, metode ini hanya bisa mendeteksi adanya L- asam askorbat, namun tidak bisa mendeteksi adanya asam L-dehidroaskorbat yangmana masih memilki 80% kemampuan asam askorbat. Selain itu metode ini juga tidak dapat digunakan untuk analisis vitamin C pada daging yang dicuring, karena kandungan isoascorbicacid. (Ronald R, 2007) Reaksi yang terjadi selama titrasi adalah sebagai berikut :

Prinsipnya :
Asam askorbat + 2,6 D  -------->  2,6 D tereduksi
                                                     (tidak berwarna)
Kelebihan 2,6 D + HPO3 3%   -------> membentuk komplek merah muda

Larutan 2,6 D dalam suasana asam berwarna merah muda dan dalam suasana netral atau basa akan berwarna biru. Pada percobaan ini menggunakan HPO3 3% yang berfungsi untuk mengencerkan sampel dan juga berfungsi sebagai indikator titik akhir titrasi sebab jika semua asam askorbat telah mereduksi larutan 2,6 D, maka kelebihan larutan 2,6 D akan bereaksi dengan HPO3 3% ini sehingga membentuk kompleks yang berwarna merah muda. Munculnya warna merah muda ini menjadi tanda titik akhir titrasi. Selain itu HPO3 3% berfungsi untuk memberikan suasana asam agar reaksi antara asam askorbat dengan larutan 2,6 D berlangsung optimal sebab reaksi tersebut optimal pada pH larutan 1,5-3,5.
Larutan 2,6 D merupakan dye yang akan berwarna semburat merah muda jika teroksidasi dan tidak berwarna jika tereduksi. Dalam penentuan kadar vitamin C ini larutan 2,6 D berfungsi untuk mengoksidasi asam askorbat. Jika semua asam askorbat telah teroksidasi maka kelebihan larutan 2,6 D akan bereaksi dengan HPO3  3% sehingga terbentuk semburat warna merah muda yang menunjukkan titik akhir titrasi. Banyaknya larutan 2,6 D yang digunakan untuk mengoksidasi asam askorbat digunakan untuk menentukan kadar vitamin C pada sampel.

b. Reduksi menggunakan logam
prinsipnya : L-asam askorbat akan mereduksi Fe(III) menjadi (Fe II ) akan membentuk warna biru terlarut. Setelah ditambah Hexsacyanoferrat akan terbentuk warna Prussian Blue, setelah itu intensitas warna ditera menggunakan spektrofotometer. Reaksinya adalah sebagai berikut :
1. oksidasi  Fe(II)
Fe2+ + [Fe(CN)6]3- ---> Fe3+ + [Fe(CN)6]4-
2. pembentukan kompleks hexacyanoferrate(II) ferric
4Fe3+ + 3[Fe(CN)6]4- ---->Fe4[Fe(CN)6]3 Prussian Blue

2.    Metode Derivat
2.4 Dinitrophenylhydrazine (DNPH) bereaksi dengan gugus keton dari asam dehidroaskorbat dalam kondisi asam akan membentuk derivat merah osazone. Kemudian ditera absorbansi menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang sekitar 500-550 nm.
Metode ini sangat berguna untuk menganalisa kadar vitamin C pada bahan yang kandungan gulanya sedikit. Namun tidak tepat bila digunakan pada bahan pangan yang kandungan gulanya banyak.

3.    Metode enzimatis
Ascorbate Oxidase
L-Ascorbic acid + ½ O2 ----> l-Dehydroascorbic acid + H2O
Ascorbate Peroxidase
L-Ascorbic acid + H2O2------> l-Dehydroascorbic acid + 2H2O
Menggunakan Askorbat oksidase apabila kita akan mengetahui aktifitas L-asam askorbat dengan cepat pada serum atau plasma. Sedangkan menggunakan askorbat peroksidase untuk menganalisa total vitamin C pada bahan pangan. Kekurangan metode enzimatis ini adalah biayanya yang cukup mahal.

4.    Metode titrasi iodin
Dari semua metode diatas metode yang paling sederhana dilakukan adalah dengan menggunakan titrasi iodin. Vitamin C kan bereaksi dengan iodin, untuk mengetahui akhir titrasi digunakan amilum, titrasi berakhir jika sudah terbentuk warna biru. Perhitungan kadar vitamin C  dengan standarisasi larutan iodin yaitu tiap 1 ml 0,01 N iodin ekuivalen dengan 0,88 mg asam askorbat

Wednesday, December 1, 2010

Transfer massa dan persamaan Peleg


Transfer massa merupakan migrasi suatu komponen dari campuran yang terjadi karena adanya perubahan dalam keseimbangan sistemnya yang disebabkan karena adanya perbedaan konsentrasi. Adanya perbedaan konsentrasi zat kimia antara bahan dan lingkungan disebut sebagai Driving force atau gaya penggerak dari proses transfer massa. Perpindahan tersebut dapat terjadi dalam satu fase maupun antara satu fase dengan fase lainnya (Singh and Heldman, 2001). .Proses transfer massa dipengaruhi oleh:
1. Luas permukaan kontak bahan dengan air perendam.
Semakin besar luas permukaan kontak bahan dengan air perendam maka transfer massa yang  terjadi semakin banyak.
2. Kadar air di dalam bahan.
    Makin tinggi kadar air bahan, maka makin lambat pula kecepatan difusinya.
3. Konsentrasi.
Semakin besar perbedaan konsentrasi, maka transfer massa semakin cepat.
4. Jarak dari permukaan ke pusat bahan.
    Semakin besar jarak dari permukaan ke pusat bahan maka transfer massa terjadi semakin lama karena untuk mencapai kesetimbangan yang merata dibutuhkan waktu yang lama untuk mencapainya
5. Waktu
    Semakin lama waktu perendaman, laju pergerakan transfer massa semakin lambat karena perbedaan     konsentrasi semakin kecil (hampir mencapai kesetimbangan).
6. Karakteristik bahan (hubungannya dengan koefisien difusi bahan).
    Semakin besar difusivitas maka transfer massa semakin cepat
7. Suhu.
    Semakin tinggi suhu maka pori-pori semakin besar karena protein pada membran rusak (terdenaturasi) dan proses difusivitas semakin cepat.
8. Tekanan osmosis
    Semakin tinggi tekanan osmosis maka transfer massa semakin cepat.
9. Porositas
    Semakin besar/semakin banyak pori pada bahan maka semakin cepat transfer massa.        
(Singh, 2001)

Perpindahan massa berlangsung melalui proses difusi, maka proses-proses pemisahan yang melibatkan proses difusi juga disebut sebagai operasi difusional. Difusi terjadi apabila fasa-fasa yang ada tidak berada dalam kesetimbangan, dan akan berakhir saat kesetimbangan sudah tercapai. Hampir semua proses pemisahan dengan difusi terjadi melalui kesetimbangan antara dua fasa yang tidak saling melarutkan yang mempunyai perbedaan komposisi pada saat kesetimbangan. Difusi adalah perpindahan molekul dari konsentrasi tinggi ke rendah. Ini berarti perpindahan komponen/molekulnya terjadi karena adanya perbedaan konsentrasi (Singh and Heldman, 2001). Proses difusi itu terbagi ke dalam 3 jenis yaitu :
1.    Difusi cair
Dikatakan difusi cair jika terjadi perpindahan molekul cairan dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah. Contohnya yaitu ketika kita merendam kedelai dalam air saat pembuatan tempe. Selama perendaman akan terjadi difusi air dari lingkungan luar (yang kadar airnya tinggi) ke dalam kedelai (yang kadar airnya rendah).
2.    Difusi padat
Dikatakan difusi padat jika terjadi perpindahan molekul padatan dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah. Contohnya yaitu ketika kita melakukan perendaman buah dengan larutan gula dalam pembuatan manisan buah. Selama perendaman selain terjadi difusi air dari lingkungan luar ke dalam buah juga terjadi difusi molekul gula (molekul padatan) ke dalam buah dan ini berarti difusi padatan juga terjadi dalam pembuatan manisan buah ini. Selama ini batasan antara kapan terjadinya difusi air dengan difusi padatan masih belum jelas karena prosesnya sering terjadi bersamaan dan susah untuk dibedakan.
3.    Difusi gas
Dikatakan difusi gas jika terjadi perpindahan molekul gas dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah. Contohnya yaitu difusi O2 pada pengemas plastik. Ketika kita menggunakan pengemas plastik untuk membungkus suatu bahan, maka selama penyimpanan akan terjadi difusi oksigen dan uap air dari lingkungan luar ke dalam plastik pengemas. Jumlah oksigen dan uap air yang dapat masuk ke dalam plastik pengemas bervariasi tergantung permeabilitas dari plastik pengemas tersebut. Semakin banyak jumlah oksigen dan uap air yang dapat masuk ke dalam plastik pengemas berarti  kualitas plastik pengemasnya semakin buruk. Disini, difusi oksigen merupakan difusi gas dan difusi uap air merupakan difusi cair.  

Salah satu proses yang menggunakan prinsip transfer massa adalah perendaman. Perendaman biasanya dilakukan  pada tahap pertama pengolahan pangan yang bersumber dari biji – bijian. Tujuan Perendaman salahsatunya  untuk menggelatinisasi pati yang terdapat dalam bahan dengan mengkondisikan bahan  tersebut tetap berada di bawah suhu gelatinisasi. Dengan mengetahui lebih banyak tentang proses absorpsi air pada bahani\ selama perendaman, maka dapat ditentukan tahapan proses mana yang selanjutnya akan dipilih dan pada akhirnya sangat menentukan kualitas dari produk yang dihasilkan. Hal inilah yang menyebabkan dilakukannya berbagai macam pendekatan baik secara empiris maupun teoritis dalam permodelan transfer air.

Persamaan Peleg
Persamaan Peleg  biasanya digunakan dalam analisis data untuk mengetahui kecepatan penyerapan air seperti pada perendaman pada berbagai variasi suhu. Dengan Peleg Model, dapat diketahui laju penyerapan air ke dalam bahan untuk tiap variasi suhu. Selain it, dapat dihitung kecepatan awal penyerapan dan kandungan air maksimal dalam bahan untuk tiap variasi suhu, sehingga akan diketahui profil penyerapan air oleh bahan  selama proses perendaman, sehingga dapat diketahui kondisi maksimum penyerapan air ke bahan.
Peleg Model  digunakan sebagai metode analisis data karena praktis dan mudah diterapkan. Keuntungan penggunaan Peleg model yaitu dapat menghemat waktu karena laju penyerapan air dan kandungan maksimum air dalam bahan sudah dapat dihitung hanya dengan menggunakan data pengamatan yang dilakukan dalam waktu yang tidak lama (short-time experimental data), karena tidak ada kriteria tertentu kapan pengamatan harus dihentikan  (Turhan, Sayar, dan Gunasekaran 2002).


DAFTAR PUSTAKA

Singh, R. Paul., and Heldman, D. R. 2001. Introduction to Food Engineering 3rd edition. Academic Press. California. USA.
Turhan Mahir., Sedat Sayar.,& Gunasekaran Sundaran. (2002). Application of Peleg model to study water absorpstion in chikpea during soaking. Journal of Food Engineering, 53.153-159